Pada umumnya, guru dipandang oleh siswa dan
orang tua sebagai sumber pengetahuan dan informasi yang utama di dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru yang berpandangan seperti ini menganggap siswa sebagai
sebuah tong kosong. Tong kosong inilah yang harus diisi dengan pengetahuan dan
informasi secara terus-menerus. Hal ini berarti bahwa guru mempunyai tugas
untuk memberikan pengetahuannya sebanyak mungkin kepada siswa tanpa memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengutarakan
pendapatnya mengenai materi yang sedang diajarkan. Cara pandang seperti ini harus ditinggalkan karena sudah
tidak relevan dengan hakikat guru sebagai seorang fasilitator.
Peran
seorang guru adalah sebagai fasilitator pada saat kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, guru harus benar-benar sadar bahwa siswa adalah rekan belajar
yang memberikan kontribusi yang bermakna pada setiap kegiatan belajar mengajar
di kelas. Dalam hal ini, siswa adalah peserta didik yang aktif dalam proses
pertukaran informasi antara siswa-siswa dan siswa-guru. Sehingga, siswa akan menjadi
peserta didik yang aktif di dalam kelas. Sebagai fasilitator, guru juga harus
mengkondisikan suasana kelas yang nyaman untuk saling bertukar gagasan antara
siswa dan guru.
Pada
pendidikan matematika, guru berperan dalam proses menghubungkan pengetahuan
siswa tentang matematika dengan keadaan sekitar tempat tinggal siswa. Hal ini
bertujuan untuk mengonstruksi matematika yang bermakna bagi siswa. Sehingga, pengetahuan
tentang budaya disekitar tempat mengajar merupakan suatu hal yang wajib
dikuasai oleh guru. Pengetahuan matematika yang dihubungkan dengan budaya
setempat disebut dengan etnomatematika.
Etnomatematika
merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang penggunaan matematika pada
lingkungan sosial masyarakat. Oleh karena itu, Etnomatematika memaikan peran
pada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sehingga didalam pembelajaran
matematika diperlukan konteks yang relevan
dan permasalahan yang spesifik. Hal ini bertujuan agar tercipta suatu
hubungan yang bermakna antara kehidupan sosial sehari-hari siswa dan matematika.
Pendidikan matematika sangat
memerlukan Etnomatematika untuk mengajarkan konsep matematika yang abstrak
kepada siswa. Konsep ini dapat diajarkan dengan mengemasnya pada konteks
kehidupan sekitar siswa sehingga ini menjadi sesuatu yang konkret dibenak
siswa. Hal ini membuat siswa tidak mudah lupa tentang materi matematika yang
telah dipelajarinya dengan lebih bermakna. Selain itu, siswa akan terbiasa
untuk mengaitkan setiap materi matematika dengan kejadian-kejadian yang ada
pada kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran akan lebih berarti dan
relevan.
Etnomatematika secara nyata mempunyai peran yang sangat
penting pada pendidikan matematika yaitu sebagai penghubung antara konsep
matematika yang bersifat abstrak dan kejadian nyata di lingkungan sekitar. Agar
peran Etnomatematika pada pendidikan matematika terwujud, seorang guru harus
benar-benar mempunyai kesadaran bahwa dirinya tidak lagi berperan sebagai
satu-satunya sumber ilmu namun sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Selain itu, kesadaran bahwa siswa merupakan rekan belajar aktif
dikelas juga sangat diperlukan sehingga guru harus menciptakan kondisi kelas
yang kondusif untuk saling bertukar pikiran. Jika kedua hal ini terwujud, maka
pendidikan matematika dapat dipelajari oleh siswa dengan lebih bermakna dan
relevan dengan kehidupan siswa.
No comments:
Post a Comment